Pelajaran
berharga dari semut Berdasarkan Wikipedia, semut adalah serangga eusosial yang
berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera
bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 jenis
semut atau kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis.
Semut sangat dikenal dengan koloni semut dan sarang semutnya yang teratur, yang
terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Semut merupakan binatang yang
memiliki ukuran fisik atau tubuh relatif kecil. Semua orang pasti mengenal
tingkah laku semut serta kebiasaan-kebiasaannya. Semut biasanya tinggal di
tempat-tempat yang ada sumber makanannya. Walaupun semut memiliki ukuran fisik
yang relatif kecil, tetapi mereka bisa memberikan pelajaran hidup berharga bagi
manusia. Seandainya kita bisa mengerti bahasa mereka seperti Nabi Sulaiman
Alaihi Salam, mungkin kita akan tahu apa yang mereka bicarakan. Sebagai manusia
yang awam, saya mempunyai analisa sendiri tentang kebiasaan semut-semut itu.
Semua ini hanya saya sandarkan pada kebodohan dan kejahilan diri saya. Beberapa
hal yang bisa saya ambil hikmah dari kebiasaan-kebiasaan semut ini, diantaranya
:
1. Semut biasanya
pada saat berpapasan akan berhenti sejenak dengan kepala yang saling
berdekatan. Kebiasaan semut berhenti sejenak dalam berpapasan dan saling
mendekatkan kepalanya, ini memberikan pelajaran pada kita bahwa bertegur sapa
adalah hal yang mulia. Hendaknya kita memberikan salam kepada siapa pun yang
berpapasan dengan kita, menegur dengan suara lembut dan memberikan senyuman
dengan penuh keikhlasan. Saling mendo’akan ketika bertemu dengan orang lain
akan membuat kita berada dalam keberkahan. Orang sunda bilang dalam kiasannya
“bahasa mah henteu meuli” atau dalam bahasa Indonesianya “bahasa itu enggak
beli” alias gratis. Jadi apa yang membuat diri kita susah untuk bertegur sapa
atau hanya sekedar mengucapkan salam dengan orang yang berpapasan dengan kita?
2. Biasanya semut
berjalan pada arah yang sejalan atau sepertinya punya jalur khusus untuk rute
perjalanannya. Kebiasaan semut berjalan pada jalurnya, mungkin hal ini sebagai
isyarat bagi kita agar selalu berjalan pada arah yang telah ditentukan. Jalan
ini tentu saja jalan kebenaran sebagai jalur hidup kita. Jika kita keluar
jalur, hal ini akan membuat diri kita salah jalan yang akhirnya tidak tahu
kemana arah kita sesungguhnya. Tetapi dengan jalur yang benar, maka akan
membuat kita sampai pada tujuan dengan selamat. Tapi siapakah yang memberi
jalan semut-semut tersebut, apakah sang raja semut atau siapa? Yang pasti bahwa
pemberi jalan buat manusia hanyalah Allah Ta’ala.
3. Pada saat salah
satu semut menemukan makanan, secara otomatis teman-temannya berdatangan dengan
cepatnya. Kita sering melihat jika ada makanan yang berserakan maupun makanan
yang tersimpan rapi. Maka, jika ada satu semut menemukannya, maka pasukannya
akan segera berdatangan. Lalu bagaimana semut-semut itu tiba-tiba berdatangan
dengan cepatnya. Kita tidak mengetahui bagaimana itu terjadi, apakah dengan
bahasanya mereka menyuarakan bahwa ada makanan atau bagaimana? Allahu ‘Alam.
Apapun yang terjadi kepada mereka kita tidaklah mengetahuinya, yang penting ada
satu pelajaran berharga yang bisa kita sikapi. Pada saat satu semut menemukan
makanan, maka yang lainnya datang. Hal ini memberi pelajaran kepada kita,
seandainya kita punya makanan, alangkah baiknya kalau tetangga dan sanak
saudara kita juga ikut kebagian menikmatinya. Kita tidak boleh berbuat kikir
sehingga tetangga kita kelaparan. Janganlah kita memakan sendiri apa yang kita
dapat melainkan untuk bisa saling berbagi, saling memberi dan saling
membahagiakan.
4. Kebiasaan semut
membawa makanan ke sarangnya pada saat menemukan makanan. Salah satu kebiasaan
unik lainnya adalah membawa makanan ke sarangnya. Terkadang makanan yang besar
ia bawa secara gotong royong sampai ke sarangnya. Dan untuk makanan yang kecil,
mereka bawa sendiri-sendiri ke sarangnya tanpa mampir dulu di jalan untuk
menikmatinya sendiri terlebih dahulu. Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil
dari kebiasaan semut yang satu ini.
Pertama,
sifat kegotong royongan mereka yang begitu tinggi. dimana ada pekerjaan yang
besar dan menyangkut kepentingan bersama, mereka bahu membahu melakukannya
dengan tidak mengenal lelah. Mereka tetap membawa makanan berharga itu walaupun
mungkin perutnya lapar. Mungkin mereka pikir akan terasa indah bila bisa
menikmatinya bersama-sama dalam sarangnya.
Kedua,
sifat kesetiakawanan mereka yang luar biasa, ketika ada yang memerlukan bantuan
mereka dengan cepat membantu rekannya yang sedang ditimpa kesusahan, yaitu pada
saat menanggung beban berat. Mereka tidak duduk manis sambil menonton temannya
berjuang keras dalam menghadapi permasalahannya. Begitu juga dengan kita,
hendaknya dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Sehingga kita tidak
berbuat semena-mena terhadap orang lain dan senantiasa kita selalu menjaga
sikap kesetiakawanan kita.
Ketiga,
sifat kejujuran yang mereka tanamkan, makanan kecil yang ia bawa, bisa saja ia
bawa lari sendiri dan menikmatinya sendiri. Akan tetapi kita sering melihat
mereka tetap membawa makanan kecil secara teratur ke sarangnya. Hikmah yang
bisa ambil dari hal ini adalah kita seharusnya bersikap jujur pada saat kita
dititipi amanah. Jangan menguranginya apalagi tidak menyampaikannya.
Keempat,
belas kasihan diantara sesama mereka, apa yang mereka bawa mungkin saja ada
semut yang sedang sakit sehingga memerlukan makanan atau ada semut-semut kecil
yang baru tumbuh dan menginginkan makanan untuk pertumbuhannya. Begitupun
dengan manusia, apabila ada Saudara kita yang kelaparan, maka selayaknyalah
kita memberikan apapun yang kita punya agar rasa lapar mereka hilang.
Kelima,
persembahan untuk sang Raja, kita tidak tahu apakah mereka melakukan hal itu
(membawa makanan ke sarangnya) karena ingin mempersembahkan makanan tersebut
pada sang Raja atau bagaimana. Kalaupun ia, maka disinilah mereka memberikan
pelajaran pada kita bahwa kita harus mempersembahkan yang terbaik pada Sang
Khalik. Persembahan kita kepada Sang Khalik, tentunya bukan dengan memberikan
makanan atau apa pun, karena Sang Khalik tidak memerlukan makanan dan minuman,
melainkan kita dapat mensyukuri nikmat-Nya dengan cara bersedekah dan beramal
jariyah. Allahu ‘Alam bi Showab.
5. Ketika kita
mengganggu semut, maka mereka akan menggigit bahkan menyengat kita. Ada hikmah
yang bisa kita ambil dari kebiasaan semut seperti ini. Pelajaran untuk tidak
mengganggu orang lain terlebih orang yang tidak memiliki kuasa, baik itu
miskin, cacat, jelek atau pun ketidak sempurnaan yang lainnya. Jika kita
menggaggu bahkan menyakiti mereka, sesungguhnya doa mereka termasuk doa yang
cepat dikabulkan, yaitu orang-orang yang teraniaya akibat perilaku buruk kita
pada mereka. Pelajaran lain pada kebiasaan ini adalah mereka membalas perilaku
buruk kita pada mereka dengan bereaksi langsung. Hal ini tentunya bukan berarti
kita harus membalas apa yang telah mereka perbuat terhadap kita. Semut disini
memberikan gambaran bahwa mereka pun bisa mengingatkan manusia pada saat
manusia mengganggu dirinya, dengan menggigit atau menyengatnya. Ini memberikan
gambaran pada kita bahwa orang-orang kecil ini bisa menyengat atau pun
menghancurkan orang-orang yang telah menganiayanya dengan doanya yang makbul.
Apa yang saya tulis, hanyalah tulisan yang didasari oleh persepsi seorang yang
bodoh dan awam terhadap agama dan tentunya sebagai manusia yang hanya bisa
menebak apa yang mereka perbuat, karena kita tidak diberikan kemampuan untuk
mengerti bahasa mereka. Jika perkataan saya benar, hal itu semata-mata dari
Allah sebagai pemilik mutlak kebenaran, dan jika perkataan saya salah, maka hal
itu semata-mata karena kekurangan dan kobodohan saya. Paling tidak kita bisa
mendapatkan pencerahan bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku terhadap
sesama manusia
#SemutHitamPekanbaru #MarwahRiau #SemutHitamXMarwahRiau #CurvaNord1955 #Distrik #PSPSRiau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar